-->

Selasa, 20 November 2012


Museum Masuk Museum, Mungkinkah?

Tebak dulu, apa nama museum tertua di Indonesia?? Hayoo..
Yup, Museum Radya Pustaka yang terletak di Kota Solo adalah museum tertua di Indonesia yang saat ini perlu mendapat perhatian dari kita. Bagaimana tidak?!! Ratusan buku dan naskah kuno yang tersimpan disana kini mulai rusak dan hancur. Sebagai gambaran ya, ruangan naskah kuno museum ini cuma berukuran tiga kali dua meter, tiga rak buku bertingkat empat hampir memenuhi separuh ruangannya. Lanjut ya, naskah dan buku di rak itu hanya dibungkus plastik, kemudian ada seperangkat komputer yang dilengkapi alat pemindai berada di tengah ruangan ini.  Hikz, peninggalan negara kita yang berusia seratus hingga lima ratus tahun itu terancam hancur, sayang banget. Dan jika itu benar-benar terjadi maka kita tidak bisa lagi melihat bentuk aslinya,  kita hanya bisa menatap dan meratapinya dalam bentuk digital di layar komputer. Cukup alay ya?? Tapi memang ini yang seharusnya kita rasakan. Kemudian, bagaimana jika ini terus berlanjut?? Dengan koleksi yang lusuh lama kelamaan museum akan ikut  lesu dan akhirnya masuk kategori untuk dimuseumkan. Waduu, apa-apaan ini, jangan lah ya :-) Negara kita kan jelasss! Kaya banget dengan kesenian dan budayanya yang unik, jangan sampai semua peremehan ini sedikit demi sedikit mengikis koleksi kuno peninggalan nenek moyang kita dan akhirnya negara lainlah yang lebih peduli. Jangan!! Jangan sampai terjadi ya, sob.









Djaka Darjata, juru bicara Komite Museum Radya Pustaka, menyebutkan bahwa naskah dan buku kuno itu sedang disalin dalam bentuk digital, tapi karena hanya memiliki satu set perangkat komputer dan alat pemindai maka prosesnya menjadi agak lama.  Djaka menambahkan, dari sekitar 300an naskah kuno, baru sekitar 142 naskah yang sudah disalin dalam bentuk digital. Naskah paling tua dibuat tahun 1620an, yang isinya masih berupa aksara jawa kuno. Waa, keren nih. Masih pada dimana kita semua pas naskah ini dibikin. Hehehe. Eits, bukan ini yang seharusnya terlintas di otak saat kita melihat angka 1620 itu kan :-D








Museum yang telah berdiri sejak 122 tahun yang lalu ini sangat minim pengunjung dan hanya menerima pendapatan sekitar Rp 15 juta per tahun. Mau tau lebih dalam?? Lanjuutt. Disini juga tersimpan lebih dari 10.000 koleksi benda-benda kuno lho, seperti naskah, wayang, guci, piring keramik, dan masih banyak lagi yang lain. Eh ada juga Al Quran dengan terjemahan Bahasa Belanda, sob. Jadi selain ada Al Quran terjemahan jawa kuno, ada juga versi Bahasa Belanda yang ternyata belum lama ini ditemukan. Saat ditemukan, mengulang keadaan di atas, kondisi Al Quran ini tidak sepenuhnya baik, bagian depan Al Quran sudah rusak dan perlu dijilid ulang karena beberapa lembar sudah sobek. Ckckck.







Mari kita lihat gambar di atas. Meski museum ini tidak luas dan terlihat biasa saja, beberapa warga negara lain tertarik untuk datang ke museum ini, masa sih kita yang punya malah enggak J
Ayoo, monggo sedulur, kita biasakan untuk memelihara budaya Indonesia dengan baik, kita rawat dan kita perhatikan mereka. Kalau belum sempat ke museum luar daerah, alangkah baiknya jika kita mulai dari budaya dan museum yang ada di sekitar kita. Mari lindungi dan tunjukkan!! Indonesia, negara kita tercinta, kaya akan budaya elok yang patut dilestarikan. Kitalah yang harus menjaganya. Setuju?? Setuju banget.

Sumber :

Minggu, 04 November 2012


 “PENDERITA GANGGUAN JIWA”, Haruskah Lebih Menderita Lagi ??

“Dirantai di pohon selama lima tahun”.
Brrrr?!! Miris banget kan kalau ada kejadian kayak gitu udah terjadi pada saudara kita di bumi ini. Itulah keadaan menyedihkan yang benar-benar dialami oleh seorang pria, kita sebut Ali, di Accra, Ghana. Leo Baidoo, yang mengatakan bahwa dia adalah nabi yang ditugaskan Tuhan untuk menyembuhkan orang sakit dengan segala cara menjelaskan, karena belum bisa menyembuhkan, maka Leo Baidoo merantainya di pohon hingga Tuhan menyembuhkannya. Haduuh, berbagi rumah pohon sama hewan-hewan penghuni pohon donk, fiuqh..kasian kan, kenapa juga harus pohon, kan masih banyak tempat lain yang lebih layak, bro!!
Menurut cerita, sejak lima tahun yang lalu Ali dibawa oleh keluarganya ke Jesus Divine Temple, kamp doa di wilayah selatan Ghana. Ali mengatakan bahwa keluarga-keluarga itu datang, membawanya ke kamp doa dan kemudian pergi tanpa pernah kembali atau membawakan dia sesuatu, “Bahkan pagi ini saya belum makan apa-apa”, ujarnya. Sebagian besar orang Ghana emang percaya kalau gangguan mental disebabkan oleh kutukan atau kerasukan setan (aya aya wae) , dan penderitaan itu harus dibawa ke kamp doa.


Gangguan Jiwa Tak Selalu Gila, Iya To?!

Definisi gangguan jiwa itu sendiri sebenarnya memiliki arti yang luas. Seorang psikolog Jerman mengatakan bahwa orang yang berakal sehat pun banyak yang mengalami ketidakwarasan. Ini karena bentuk gangguan jiwa tidak selalu berupa kelainan mental yang tidak bisa mengingat apapun selain bertingkah aneh seperti orang hilang akal, tertawa sepanjang waktu, menangis tiada henti, de ka ka. Tapi ada juga bentuk gangguan mental ringan (disebut nekrotik atau neurotis dalam bahasa psikologi) seperti, paranoid  atau mudah curiga, hobi mencuri barang (kleptomania), kelainan seksual pada anak-anak (pedofilia), memiliki tingkat kekhawatiran yang berlebihan (anxiety), ada juga rasa bangga yang berlebihan, misalnya saat berbicara merasa orang yang paling hebat (megalomania). Sedangkan gangguan jiwa berat seperti yang sering dilihat pada orang gila secara awam, gangguan jiwa ini disebut skizofrenik atau skizoprenia. Pada kondisi ini, penderita udah merasa dalam dunianya sendiri, bro, sist! Penderita udah nggak punya interaksi normal dengan lingkungannya, mereka udah nggak menganggap kita. Hahahaha!! Ups, ini belum tentu tanda-tanda yak :D

Itu Ghana, Gimana Kalau Indonesia ?!
Jika di Ghana ada yang dirantai di pohon sampai lima tahun, ternyata di Indonesia masih marak dengan aksi memasung orang gila, ckckck. Kalau kamu belum pernah liat secara langsung alat pemasung ini dan pengen tau atau bahkan mencobanya, ternyata di Indonesia masih ada lho (dan inilah satu-satunya) museum kesehatan jiwa, yakni Museum Kesehatan Jiwa (Keswa) Dr. Radjiman Widiodiningrat di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang,  Jawa timur.





Kesadaran masyarakat yang masih minim telah memunculkan peristiwa-peristiwa kayak gini di beberapa daerah. Padahal itu melanggar hukum, hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1966 tentang Kesehatan Jiwa. Surat Menteri Dalam Negeri 11 November 1977 juga memerintahkan semua kepala daerah agar melarang warga memasung penderita gangguan jiwa. Selain melanggar hukum, dipasung juga terbukti nggak memperbaiki keadaan guys, emosi korban pasungan ini bakal meluap-luap, mudah marah, merasa dikucilkan, pendendam, hingga hilang ingatan. Sedangkan terapi melukis, menulis cerita, membuat film dokumenter, dan melakukan aktivitas produktif seperti menggoreng kacang, serta dukungan penuh dari keluarga terbukti memiliki hasil yang lebih efektif yaitu penderita bisa sembuh, yeyeyeyee!! Menanggapi hal ini, pemerintah telah mencanangkan program "Menuju Indonesia Bebas Pasung 2014". Ayook semangat bantu pemerintah wujudkan Bebas Pasung 2014!!